Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Krisis Paruh Baya

Sadar atau tidak setiap orang mengetahui bahwa kenyataan setiap hari usia kita terus berkurang, masa yang kita lalui tak bisa dihindari, berbagai pengalaman dari masa ke masa merupakan pengalaman transisi dari masa anak - anak ke masa muda, masa muda ke masa dewasa, masa dewasa ke masa tua, masa tua ke masa lanjut usia. Masa - masa peralihan atau puberitas ini sebenarnya hal yang normal, terjadi kepada pria dan wanita memasuki usia tertentu. Dimana masa anak - anak banyak waktu luang bermain masuk ke masa masuk sekolah, peningkatan akan pemenuhan kebahagian merupakan masalah yang akan di hadapi masa muda ke masa dewasa seperti mulai mengenal pasangan dan urusan mencari pekerjaan contohnya, berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi memasuki usia 18 s/d 40, hingga sampai pada kebutuhan akan  stabilitas hidup. Penggambaran masalah transisi yang dihadapi tentu akan berbeda - beda, Seiring bertambahnya usia penyelesaian masalah ini cenderung terselesaikan di usia dewasa muda, orang-orang sudah lebih mapan dan stabil, seperti kekuatan fisik dan fisikis yang lebih baik, karir stabil atau usaha lancar dan pernikahan.

Keumuman memasuki usia 40 tahun keatas, merupakan periode pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi dalam kehidupan. Mungkin bagi sebagian orang telah menemukan makna kehidupan dengan nilai kreatif yang bisa di konversikan menjadi uang dan tercapainya tujuan yang di harapkan; membangun rumah, membeli motor/mobil contohnya, menikmati musik, memenuhi hobi dan mencari pengalaman melalui sesuatu yang baik. Atau malah sebaliknya keresahan dan kekhawatiran menginjak usia yang terus beranjak naik, pengalaman transisi yang berlebihan memicu perasaan yang tidak menentu seperti kekhawatir terhadap perubahan fisik, kemampuan perolehan ekonomi karena tuntutan situasi yang di hadapi tidak terelakan/dihindari. 
Secara garis besar individu pada usia 40-an sudah merasa aman secara finansial serta merasa sehat dan bahagia, tetapi tidak semua mampu mencapai apa yang diharapkan sehingga dapat membuat mereka tertekan yang dirasa sebagai ancaman dan tantangan yang berat selama periode itu. 

Diperiode ini seorang pria diharapkan sudah memiliki keluarga secara mandiri, memiliki usaha/karir yang jelas dan lebih bagus, karena sudah mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anak dan orang tuanya maupun orang tua dan mertuanya yang sudah lansia serta tanggung jawab yang lebih tinggi terhadap lingkungan sosial disekitarnya. Setiap inidividu memiliki harapan yang tinggi, namun kegagalan dalam karir/usaha, pernikahan dari rencana yang diharapkan dapat mengalami tekanan dan depresi yang memicu timbulnya krisis yang serius dalam hidup. Periode krisis pada wanita semakin meningkat pada usia 37 keatas seperti perubahan fisik/penampilan, menopse, saat anak-anak tumbuh dewasa dan melanjutkan kehidupannya sendiri- sendiri, suami sibuk dengan karir dan usahanya, kesepian dan cemas. Lihat identifikasi paruh baya menyoal pasangan.

Pada periode ini banyak kemungkinan yang terjadi, seperti kegagalan untuk mengembangkan hubungan pernikahan sehingga mengakibatkan perceraian, karena faktor kehilangan karir, menurunya usaha mandiri alhasil adanya ketidakpastian dalam hal keuangan. Tuntutan keluarga terus meningkat yang seperti ini memicu akan terjadinya frustasi karena banyak hal yang belum dituju.Dampak krisis paruh baya dalam keluarga sangat berpengaruh. Peningkatan emosional dan frustasi yang muncul menyebabkan terjadinya konflik, kebencian dan rasa sakit untuk keluarga.
Pada periode ini juga merupakan salah satu dimana individu mendapat tanggungjawab baru itu perlu untuk menilai kembali struktur kehidupan sebelumnya dengan tujuan memperbaiki kembali.

Sangatlah penting untuk mengatur diri dan mengembalikan keseimbangan untuk bertahan dalam keadaan di situasi krisis. Meskipun membutuhkan waktu, beberapa individu dapat mengatasi rasa sakit dan ketidaknyamanan dengan lebih mudah daripada yang lain, namun upaya kemampuan mengatasi krisis tetap harus dilakukan untuk perkembangan. Dukungan sosial seperti anggota keluarga, teman sebaya, kerabat, sangat membantu untuk menghadapi situasi krisis. Kemampuan mengatasi krisis dapat menentukan apakah perkembangan masa depannya akan positif atau negatif baik secara fisik maupun psikologis. Pada saat pertahanan pribadi individu tidak baik serta ada penolakan dukungan sosial, dapat mengalami gannguan secara psikologis maupun fisik,  maka dari itu sangat penting untuk memahami dan memiliki kemampuan mengatasi krisis (Khosla, 2008).

Pada masa seperti ini dukungan sosial sangat berpengaruh untuk melewati fase krisis sehingga individu dapat merasa hidupnya menjadi bermakna. Dukungan sosial akan memberikan rasa berarti bagi individu sehingga menimbulkan rasa bahagia yang akan tersimpan menjadi energy individu untuk mengatasi krisis, kemampuan mengatasi krisis ini akan membuat individu mampu melewati krisis dengan baik sehingga individu memiliki kebermaknaan dalam hidupnya. Lihat sumber 

Post a Comment for "Krisis Paruh Baya"